简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul RahmanImage caption Sejumlah Panitia Pemilihan Luar Negeri
Hak atas fotoANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul RahmanImage caption Sejumlah Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) KBRI Kuala Lumpur di Malaysia, Minggu (14/4/2019). Wakil Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Krishnan K.U Hannan mengatakan sebanyak 80 sehingga 90 persen dari 1,5 juta WNI di seluruh Malaysia mengikuti Pemilu serentak 2019 lebih awal dari 17 April 2019 mendatang di Indonesia.
Pemungutan suara untuk pemilih di luar negeri yang dilaksanakan lebih awal diwarnai antrean panjang di beberapa negara. Kisah para pemilih di luar negeri ini pun kemudian ramai dibagikan di media sosial.
Para pemilih di luar negeri sudah bisa mencoblos sejak 8 sampai 14 April 2019, namun proses penghitungan suara baru akan dilakukan bersama dengan pelaksanaan di Indonesia, 17 April mendatang.
Sebelumnya, pemungutan suara di Kuala Lumpur, Malaysia, sempat diwarnai antrean panjang, setelah KPU memangkas 255 TPS dari 89 lokasi menjadi tiga lokasi.
Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur menginformasikan perubahan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kuala Lumpur semula tersebar di 255 lokasi menjadi tiga lokasi yaitu KBRI Kuala Lumpur, Wisma Duta, dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
'Dipangkas' menjadi tiga TPS, pencoblosan di Kuala Lumpur 'sempat membludak'
Jutaan warga adat terancam gagal mencoblos, kisah Dayak Meratus hadapi pemilu tanpa mengenal aksara
Anggota KPU, Evi Novida, mengatakan jumlah TPS di Kuala Lumpur dipersempit menjadi tiga lokasi karena persoalan izin.
“Pembuatan TPS di luar negeri itu tidak segampang di Indonesia. Di LN (luar negeri) kita membuat TPS di perwakilan Indonesia dan tempat lain yang bisa mendapatkan izin dari pemerintah setempat di LN,” kata Evi dalam keterangan tertulis kepada BBC, Minggu (14/04).
Namun, bukan hanya di Malaysia, di media sosial banyak warganet yang mengisahkan tentang antrean panjang yang mereka alami saat akan mencoblos, seperti yang terjadi di Belanda atau yang terjadi di Jepang dengan antrean mencapai sembilan jam.
Lompati Twitter pesan oleh @nskrl
Perjuangan antre outdoor 4 jam, suhu 5° diselingi hujan es, cuma untuk PEMILU! Jadi untuk yang tinggal ke lapangan RT, ga pake antre lama dan keujanan es, jangan golput ya!!! pic.twitter.com/WQiQbuPaWm
— N. Sekar L. (@nskrl) 13 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @nskrl
Lompati Twitter pesan oleh @wahyuseto
Pemilu dengan durasi tunggu paling lama yang pernah gw ikutin. Tadi pagi ikut antri nyoblos di SRIT Tokyo! Total 9 jam tunggu antrian sambil berdiri. Iya berdiri ? pic.twitter.com/uUYAIZylfB
— Om Eto (@wahyuseto) 14 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @wahyuseto
Unggahan lain yang viral juga memperlihatkan antrean panjang WNI di London yang akan memilih pada Sabtu (13/4).
Lompati Twitter pesan oleh @dimasWadrianto
Antrian panjang di KBRI London (13/4). Tetep semangat walau saya baru bisa masuk bilik suara jam 9 malem #Pilpres2019 #Pemilu2019 #pplnlondon pic.twitter.com/J85Q6DfEsf
— Dimas Wisnu Adrianto (@dimasWadrianto) 15 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @dimasWadrianto
Sementara itu, di Singapura, antrean panjang juga terjadi antara satu jam di pagi hari dan tiga sampai empat jam di siang hari.
Lompati Twitter pesan oleh @Ericssenw
Respect! The Indo Election turnout in Singapore is tremendous. It is higher than 2014 (Huge!) Queue is insane. Morning waiting time is 1 hour, Afternoon is 3-4 hours. Very Proud of my fellow Indonesians who are very determined to cast their votes. Every Vote Counts!! #Pemilu2019 pic.twitter.com/p8AB7YDoEU
— Ericssen (@Ericssenw) 14 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @Ericssenw
Salah satu penyelenggaraan pemilu di luar negeri yang antrean panjangnya kemudian menjadi viral adalah di Sydney, Australia.
Lompati Twitter pesan oleh @elidjen
Antre 1,5 jam buat nyoblos, jam 18:00 teng, gerbang ditutup. Tidak ada pengumuman / pemberitahuan sama sekali. Padahal antrean masih mengular, tapi dipaksa bubar. #pemilusydney #pemilu2019disydney #KJRIsydney pic.twitter.com/wMEJWfjReC
— elidjen (@elidjen) 14 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @elidjen
Lompati Twitter pesan oleh @juanvittoriou
Masih dengan semangat Pemilu 2019 di Sydney. pic.twitter.com/EHb8Tp9sOH
— Juan Untung (@juanvittoriou) 13 April 2019
Hentikan Twitter pesan oleh @juanvittoriou
Muncul petisi online yang menuntut agar pemilu ulang digelar di Sydney, Australia, dengan alasan “ratusan warga Indonesia yang mempunyai hak pilih tidak diizinkan melakukan haknya padahal sudah ada antrian panjang di depan TPS Townhall dari siang.”
Menurut petisi tersebut, PPLN Sydney dianggap mampu menyelenggarakan pemungutan suara sehingga “antrian tidak bisa berakhir sampai jam 6 sore waktu setempat”. Petisi tersebut sudah ditandatangani oleh lebih dari 25 ribu orang.
Pemilu 2019: Pemungutan suara Indonesia paling 'rumit' di dunia
Dari mana saja pemilih bisa mencari tahu daftar nama caleg?
Pilpres 2019: Siapa sebenarnya pemilih Jokowi dan Prabowo?
Dalam pernyataan di situs resmi Pusat Informasi Pemilihan Umum 2019 di wilayah New South Wales, Queensland, dan South Australia, Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sydney mengatakan bahwa, pemilih yang datang ke lokasi TPS mencapai puncaknya menjelang jam 17.00 atau waktu bagi DPKLN (Pemilih yang tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap) untuk melakukan pencoblosan.
Menurut mereka, ketika pukul 18.00, masih banyak pemilih berkumpul di depan pintu masuk lokasi gedung TPS, namun, “dengan berbagai pertimbangan dan musyawarah antara PPLN, KPPSLN, Panwaslu, Saksi, dan pihak keamanan terkait; terutama pertimbangan keamanan gedung dan waktu penggunaan gedung yang terbatas, maka penutupan pintu masuk gedung dilakukan pada pukul 18.00 khususnya pada lokasi TPS yang menyewa gedung.”
Pemilih yang berada di luar gedung, menurut PPLN, “telah diberi penjelasan bahwa waktu pencoblosan telah berakhir, namun pelayanan masih dilakukan pada pemilih yang sudah memasuki dan memenuhi gedung hingga pukul 19.00. Bahkan telah dilakukan perpanjangan waktu penggunaan gedung guna menyelesaikan seluruh proses administrasi pemungutan suara.”
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.