简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Waspada!
1. Ada 'Hantu' Bergentayangan di Dunia, Waspada!
Dunia tengah dihadapkan pada 'hantu' inflasi. Pemulihan ekonomi, perang Rusia-Ukraina, serta lockdowndi China membuat harga barang dan jasa melonjak hingga inflasi menyentuh “langit”. Di sejumlah negara, inflasi bahkan menyentuh double digit.
Pada Maret dan April 2022, mayoritas negara di seluruh dunia pada tahun ini mencatatkan rekor inflasi. Tidak hanya negara berkembang, negara maju juga didera inflasi tinggi.
Amerika Serikat (AS) misalnya, mencatat inflasi 8,3% (year on year/YoY) pada April. Inflasi tersebut memang lebih rendah dibandingkan Maret lalu yakni 8,5% tetapi angkanya masih dalam level tertinggi selama 40 tahun terakhir.
Inggris mencatatkan inflasi 7% di bulan Maret 2022, yang merupakan rekor tertinggi sejak 1992 atau 30 tahun terakhir. Inflasi di Jerman melaju kencang ke level 7,4% di April 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 7,3% yang tercatat pada Maret lalu.
Inflasi pada April merupakan rekor tertinggi sepanjang masa di Jerman. Negari Panser belum pernah mencatatkan inflasi di level 7,4% sejak bersatu pada Oktober 1990. Jika dirunut sebelum bersatu, inflasi 7,4% pada April adalah yang tertinggi sejak 1949 atau saat negara tersebut masih belum pulih dari kejatuhan di Perang Dunia II.
Dilansir dari tradingeconomics, Swiss mencatatkan inflasi sebesar 2,5% di April, yang merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2008 atau lebih dari 13 tahun. Kanada mencatatkan inflasi sebesar 6,7% di Maret yang menjadi rekor tertingginya sejak Januari 1991 atau 31 tahun lebih.
Inflasi di Spanyol juga meroket ke level 8,4% di April, sedikit mereda dibandingkan yang tercatat di Maret. Pada Maret 2022, Spanyol mencatatkan inflasi sebesar 9,8% yang menjadi rekor tertinggi sejak Mei 1985 atau hampir 37 tahun terakhir.
Sementara itu, Belanda mencatatkan inflasi sebesar 9,7% di Maret 2022, yang menjadi rekor tertinggi sejak Oktober 1975 atau 47 tahun terakhir.
Dari Asia, Jepang juga menorehkan inflasi tinggi pada Maret dan April tahun ini. Inflasi Negari Sakura tercatat 1,2% di bulan Maret 2022 yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2018. Inflasi Korea Selatan mencapai 4,8% di April, tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Tetangga Indonesia, Singapura, menorehkan inflasi sebesar 5,4% di Maret 2022. Tertinggi sejak April 2012.
2. Ada yang Inflasinya Dobel Digit, Malaysia Malah Rendah
Foto: Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat.
Di sejumlah negara inflasi melonjak hingga menembus double digit. Turki mencatatkan inflasi sebesar 69,97% di April, tertinggi sejak Februari 2002.
Inflasi di Argentina tercatat 55,1% di April yang menjadi rekor tertinggi sejak Juni 2019. Sementara itu, inflasi di Brazil pada April tercatat 12,3% dan inflasi Rusia menembus 16,7% di Maret 2022.
Indonesia juga tidak kebal dari serangan hantu inflasi. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia pada April sudah meroket ke kisaran 0,95% (month to month/MTM). Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2017 atau dalam lima tahun terakhir.
Namun, tidak semua negara menorehkan inflasi tinggi. Inflasi stabil cenderung rendah justru ditorehkan Malaysia.
Inflasi di Malaysia stagnan di level 2,2% di bulan Maret, tidak berubah dibandingkan Februari 2022. Inflasi di level tersebut adalah yang terendah sejak Oktober 2021 (2,9%). Inflasi rendah di Malaysia tidak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah untuk “mengontrol” harga sejumlah barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, hingga daging. Pada Januari, Malaysia mengumumkan subsidi sebesar US$ 162 juta untuk stabilisasi harga.
Sebagai perbandingan, harga bensin RON95 di Malaysia untuk periode 12-18 Mei 2022 ditetapkan sebesar MYR 2,05 per liter atau Rp 6.850 per liter. Harga bensin RON95 dan diesel masih belum berubah sejak 2018. Sebagai perbandingan, harga Pertamax RON92 yang dijual Pertamina kini ada di kisaran Rp 12.500
Tingginya laju inflasi di dunia sudah dikhawatirkan sejumlah lembaga. Dana Moneter Internasional (IMF) akhir April lalu telah merevisi proyeksi inflasi. IMF menaikkan proyeksi inflasi untuk negara maju, menjadi 5,7% dari 3,9%. Untuk negara berkembang, inflasi diperkirakan meningkat tahun ini menjadi 8,7%, dari sebelumnya 5,9%.
Untuk Indonesia, IMF merevisi proyeksi inflasi Indonesia menjadi 4,0% di akhir tahun 2022 dari sebelumnya 3,5% sebagai imbas meletusnya perang Rusia-Ukraina. IMF juga merevisi rata-rata inflasi Indonesia dalam 12 bulan dari 2,9% menjadi 3,3%.
IMF mengatakan perang Rusia-Ukraina semakin melambungkan inflasi global yang sebenarnya sudah melonjak sebelum perang terjadi.
“Sebelum perang, inflasi sudah naik karena melonjaknya harga komoditas sebagai dampak pandemi Covid-19. Pandemi membuat keseimbangan pasokan dan permintaan terganggu,” tutur IMF, dalam laporannya World Economic Outlook: War Sets Back the Global Recovery.
Harga komoditas pangan di sejumlah kawasan, sebelum perang, juga sudah melonjak karena gangguan cuaca. “Perang semakin membuat pasokan terganggu. Harga komoditas logam, mineral energi, dan pangan pun melonjak,” tutur IMF.
IMF mengingatkan lonjakan inflasi akan membawa sejumlah konsekuensi. Di antaranya adalah melemahnya pertumbuhan, lebih ketatnya kebijakan moneter, serta meningkatnya anggaran untuk perlindungan sosial.
“Bank sentral di Amerika Latin, Amerika Serikat, dan negara maju sudah dalam tekanan untuk menaikkan suku bunga acuan karena inflasi terus melonjak,” kata IMF.
Bank sentral sejumlah negara sudah menaikkan suku bunga acuan mereka menyusul lonjakan inflasi. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pekan lalu. Langkah serupa sudah diambil bank sentral Inggris (BoE) hingga bank sentral Brazil.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
PT. Rifan Financindo Berjangka (RFB) merupakan salah satu entitas broker forex resmi di Indonesia yang telah eksis cukup lama di sektor perdagangan berjangka. Berbagai ulasan positif dan negatif sempat bermunculan dari penggunanya. Bagaimana kondisi yang sebenarnya? So, mari kita cermati bersama - sama ulasan dalam artikel ini.
SVGFSA selaku otoritas resmi telah mengingatkan bahwa mereka tidak menerbitkan lisensi untuk aktivitas broker, forex dan binary options. Harap perhatikan risiko dan waspada terhadap beberapa platform trading instrumen keuangan online yang mengandalkan peraturan dari regulator di yurisdiksi lepas pantai, seperti St. Vincent & The Grenadines.
Pasar ritel CFD Prancis tergolong kecil, hanya menarik kurang dari 30.000 pedagang aktif. Pasar PEA lebih dari 23 kali lebih besar. Perusahaan teknologi finansial X-Trade Brokers telah meluncurkan akun investasi dengan keuntungan pajak PEA Prancis sebagai bagian dari strateginya untuk menarik investor jangka panjang. Langkah ini mengikuti pengenalan akun serupa di Inggris (ISA) dan Polandia (IKE).
Kasus penipuan di beberapa negara Asia yang merugikan pengguna menerpa broker TRADE.com yang bernaung dalam entitas Lead Capital Global Ltd. Salah satunya adalah penipuan rebate forex yang menimbulkan korban seorang IB asal Indonesia terjadi pada bulan Januari 2025.