简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) merilis data Indeks Harga Produsen (PPI) bulan April, yang tercatat naik 2,4% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Menariknya, angka bulan sebelumny
Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) merilis data Indeks Harga Produsen (PPI) bulan April, yang tercatat naik 2,4% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Menariknya, angka bulan sebelumnya direvisi naik tajam dari 2,7% menjadi 3,4%. Sementara itu, PPI inti Maret (tidak termasuk energi dan makanan) direvisi naik dari 3,3% menjadi 4%, dan untuk April tetap sesuai ekspektasi di angka 3,1%.
(Gambar 1: Perbandingan Bulanan dan Tahunan PPI AS | Sumber: BLS)
Secara bulanan, baik PPI keseluruhan maupun inti mencatat penurunan masing-masing sebesar -0,5% dan -0,1%, terutama dipengaruhi oleh harga jasa. Komponen perdagangan turun tajam sebesar 2,8 poin persentase menjadi -1,6%, sementara transportasi, pergudangan, dan sektor lainnya juga mengalami kontraksi. Hal ini menyebabkan harga jasa akhir turun dari 0,4% menjadi -0,7%, mengimbangi sedikit kenaikan pada barang inti dan membawa PPI ke level terendah sejak April 2020.
Revisi naik data Maret mencerminkan dampak tarif impor yang mulai mempengaruhi biaya produksi. Namun, data April dan laporan CPI pekan ini menunjukkan tekanan inflasi mulai mereda. Apakah angka April akan direvisi naik di bulan Mei? Masih menjadi tanda tanya. Di hari yang sama, Departemen Perdagangan AS juga merilis data penjualan ritel yang lesu: pertumbuhan bulan sebelumnya direvisi turun, dan penjualan April hanya naik 0,1%, sedikit di atas ekspektasi namun nyaris stagnan.
(Gambar 2: Data Penjualan Ritel AS Bulanan | Sumber: Macromicro)
Dari 13 kategori yang diamati secara bulanan, hanya 5 yang mencatat kontribusi positif: furnitur, elektronik, peralatan bangunan dan taman, e-commerce, dan makanan & minuman. Penjualan kendaraan bermotor dan suku cadang jatuh dari 5,54% ke -0,13%, sementara pakaian, department store, dan toko kelontong juga mengalami penurunan. Pelemahan pada sektor konsumsi non-esensial menunjukkan konsumen AS mulai menahan pengeluaran. Ini juga menandakan bahwa aksi borong akibat kekhawatiran tarif sudah mereda. Secara keseluruhan, daya beli rumah tangga AS terlihat melambat.
Laporan PPI menunjukkan inflasi biaya saat ini lebih banyak diserap oleh sektor bisnis. Dikombinasikan dengan lemahnya data penjualan ritel, tren ini menahan laju kenaikan pasar saham AS. Investor mulai mengalihkan dana ke saham defensif dan komoditas. Harga emas pun berbalik naik lebih dari 1% setelah menyentuh titik terendah.
Analisis Teknikal Emas
Pada grafik 1-jam, emas terlihat tertahan di area resistance 3252 dan mulai terkoreksi turun. Jika harga menembus 3220, bisa dipertimbangkan untuk posisi short jangka pendek, dengan perhatikan MA20, MA60 dan support 3195 sebagai acuan. Stop loss disarankan di kisaran US$5–10. Untuk posisi long, disarankan menunggu reaksi di level support 3195. Jika harga tidak tembus ke bawah, posisi long ringan bisa dipertimbangkan dengan stop loss US$5–10.
Support: 3195, 3220
Resistance: 3252
Disclaimer: Pandangan, analisis, riset, harga atau data lainnya di atas hanya merupakan komentar pasar secara umum dan bukan merupakan panduan investasi. Seluruh keputusan trading menjadi tanggung jawab masing-masing investor. Harap bertransaksi dengan bijak.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
EC Markets
Pepperstone
OANDA
FXCM
ATFX
IC Markets Global
EC Markets
Pepperstone
OANDA
FXCM
ATFX
IC Markets Global
EC Markets
Pepperstone
OANDA
FXCM
ATFX
IC Markets Global
EC Markets
Pepperstone
OANDA
FXCM
ATFX
IC Markets Global