简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Pekan ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang melonjak tajam, menjadi variabel utama dalam repricing risiko pasar. Yield obligasi AS tenor 20 tahun naik 13 basis poin ke 5,12%, tenor 30
Pekan ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang melonjak tajam, menjadi variabel utama dalam repricing risiko pasar. Yield obligasi AS tenor 20 tahun naik 13 basis poin ke 5,12%, tenor 30 tahun mendekati 5,09%, dan tenor 10 tahun mencapai 4,60%, level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Di saat yang sama, dolar AS melemah terhadap mata uang utama, dan pasar saham AS juga mengalami tekanan, menciptakan skenario “triple kill”: saham, obligasi, dan dolar sama-sama turun.
Ini bukan koreksi teknikal semata, melainkan sinyal risiko dari pasar terhadap kombinasi defisit fiskal AS yang membengkak dan suku bunga tinggi yang tak kunjung mereda. Pelemahan dolar menunjukkan investor global mulai kehilangan minat terhadap obligasi AS, enggan terus membiayai defisit jumbo Negeri Paman Sam.
1. Suku Bunga Pendek Menekan Harga Emas, Tapi Fungsi Lindung Nilai Kembali Menguat
Biasanya, kenaikan yield menekan harga emas karena emas tidak memberikan bunga. Namun kali ini, emas tetap kuat karena pasar fokus pada fungsinya sebagai aset safe haven dan substitusi. Ketidakpastian tarif AS, risiko resesi teknikal, dan ketegangan geopolitik (seperti konflik di Timur Tengah) menjadi fondasi kenaikan harga emas dalam jangka menengah. Ini cukup untuk melawan tekanan dari kenaikan suku bunga jangka pendek.
2. Pembelian dari Tiongkok Dorong Tren Bullish Emas
Menurut analis Goldman Sachs, Adam Gillard, kenaikan harga emas baru-baru ini didorong langsung oleh aksi beli dari investor Tiongkok. Aktivitas beli di sesi malam Shanghai Futures Exchange (SHFE) memicu kenaikan lanjutan di pasar COMEX. Perbedaan harga SHFE/COMEX membuka peluang arbitrase, posisi beli SHFE emas untuk Mei kembali ke level tertinggi historis, dan total kepemilikan emas Tiongkok (ETF + bursa) tetap tinggi. Pembelian fisik seperti ini biasanya mencerminkan keyakinan jangka menengah hingga panjang dan menjadi penopang kuat bagi harga emas.
3. Risiko: Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Berlebihan Abaikan Kenaikan Suku Bunga Riil
Sebagian pelaku pasar bertaruh bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini, dan itu akan terus mendukung harga emas. Namun, ini bisa menjadi jebakan. Musuh jangka panjang emas adalah suku bunga riil (nominal dikurangi inflasi). Jika inflasi tetap tinggi meski The Fed memangkas suku bunga, suku bunga riil bisa tetap naik. Maka dari itu, perbedaan antara yield jangka pendek dan panjang serta arah yield jangka panjang akan lebih menentukan nasib harga emas ke depan.
4. Risiko Fiskal Terkendali, Tapi Beban Refinancing Tetap Berat
Rasio utang pemerintah AS terhadap PDB saat ini sekitar 112%, level menengah-tinggi di antara negara maju. Dalam tiga tahun terakhir, sebagian besar penerbitan obligasi AS adalah tenor pendek-menengah (>80%), sehingga tahun ini terjadi "puncak refinancing". Meski isu plafon utang sudah diredakan sementara, jika defisit terus membengkak dan disiplin fiskal melemah, yield jangka panjang berisiko naik secara struktural. Selama tidak terjadi "default AS" yang sangat kecil kemungkinannya, kapasitas bayar AS tidak terganggu, namun pasar akan tetap mendorong pelebaran spread yield, meningkatkan volatilitas harga emas.
Kesimpulan:
Harga emas dalam jangka pendek masih berada dalam tren naik, ditopang oleh minat lindung nilai dan pembelian global. Tapi investor perlu waspada terhadap risiko ketergantungan pada narasi pemangkasan suku bunga. Faktor penentu utama tetap: arah dolar AS, perubahan suku bunga riil, dan rebalancing portofolio global. Bagi investor struktural, perhatikan sinyal pembalikan pada yield obligasi AS tenor 10 tahun ke atas sebagai indikator waktu masuk dan menambah posisi.
[Harga Emas Saat Ini]
Setelah naik lebih dari $20 secara intraday, harga emas kini mendekati area resistance penting $3.340–$3.350. RSI kembali ke zona overbought di atas 70, menunjukkan momentum kuat namun mulai jenuh. Jika indeks dolar AS menguat lagi, harga emas bisa mendapat tekanan. Perhatikan apakah harga mampu menembus $3.350 secara meyakinkan. Jika gagal, koreksi jangka pendek mungkin terjadi.
Resistance: $3.350 per ounce
Support: $3.200–$3.220, $3.248, $3.300 per ounce
Disclaimer: Pandangan, analisis, dan data di atas hanya merupakan komentar pasar umum dan tidak mewakili posisi resmi platform ini. Segala keputusan investasi merupakan tanggung jawab masing-masing individu.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.